Premis atau dalil dasar kepemimpinan Kristen adalah berlandaskan
ajaran Alkitab. Secara khusus, peremis mengenai pemimpin dalam
kepemimpinan meliputi tiga hal penting, yaitu antara lain: Satu,
Panggilan Sebagai Pemimpin Kristen; Dua, Dasar Teologi Kepemimpinan
Kristen; dan Tiga, Dasar Etika-Moral Kepemimpinan Kristen.
A. Panggilan Sebagai Pemimpin Kristen
Kepemimpinan Kristen didasarkan atas premis utama, yaitu bahwa Allah,
oleh kehendak-Nya yang berdaulat, menetapkan serta memilih setiap
pribadi dalam lingkup dan konteks pelayanan menjadi pemimpin Kristen.
Pemimpin yang dipanggil oleh Allah ini adalah untuk pelayanan memimpin.
Premis ini ditegaskan oleh Profesor Dr. J. Robert Clinton yang
mengatakan,
“Pemimpin Kristen adalah seseorang yang telah dipanggil Allah sebagai PEMIMPIN yang ditandai oleh adanya:
1. Kapasitas memimpin dan
2. Tanggung jawab pemberian Allah
UNTUK
3. Memimpin suatu kelompok umat Allah (gereja)
4. Mencapai TUJUANNYA bagi, serta melalui kelompok ini” (Clinton 1989:2).
Dari penegasan Profesor Clinton di atas, dapat dikatakan bahwa seorang
pemimpin Kristen ada sebagai pemimpin karena ia dipanggil oleh Allah.
Dengan demikian, ia harus memiliki kesadaran diri sebagai telah
terpanggil Allah dan meneguhkan kualifikasi dirinya sebagai pemimpin.
Sikap ini perlu dipertegas dengan memperhatikan bahwa seorang pemimpin
Kristen adalah seorang individu yang telah ditebus Allah, yang olehnya
ia harus yakin bahwa ia terpanggil Allah untuk memangku tanggung jawab
kepemimpinan. Kebenaran ini pada sisi lain, menegaskan bahwa Allah telah
mengaruniakan kepadanya kapasitas teguh untuk memimpin, sehingga ia
dapat membuktikan diri sebagai pemimpin sejati (Lihat: Kejadian 12:1-3;
Keluaran 2-7; dan 18, Roma 12:8, dsb.).
B. Dasar Teologis Filosofis Kepemimpinan Kristen
Dasar teologis-filosofis yang harus dipahami dan harus ada pada seorang pemimpinan Kristen ialah:
1. Pemimpin Kristen harus memahami dasar kepemimpinan Kristen bahwa ia
terpanggil sebagai – “pelayan-hamba” (Makus 10:42-45). Sebagai pelayan,
pemimpin terpanggil kepada tugas yang olehnya ia menjadi pemimpin.
Sebagai hamba, ia terpanggil dengan status menghamba kepada TUHAN, yang
harus diwujudkan dalam sikap, sifat, kata, dan perbuatan.
2. Pemimpin Kristen harus memiliki motif dasar kepemimpinan Kristen
yaitu; Satu: “membina hubungan” dengan orang yang dipimpinnya dan orang
lain pada umumnya (Markus 3:13-19; Matius 10:1-4; Lukas 6:12-16). Dalam
kaitan ini, perlulah disadari bahwa kadar hubungan-hubunganlah yang
menentukan keberhasilan seseorang sebagai pemimpin. Dua: “mengutamakan
pengabdian” (Lukas 17:7-10). Mengutamakan pengabdian menekankan bahwa
“kerja” adalah fokus, prioritas, sikap serta tekanan utama, sehingga ia
akan mengabdikan diri untuk melakonkan tugas kepemimpinan dengan
sungguh-sungguh.
3. Pemimpin Kristen harus memahami PROSES KEPEMIMPINAN serta ketrampilan memimpin, antara lain:
a. Ia harus mengetahui tujuan (tujuan Allah, tujuan organisasi, tujuan
operasi kerja) dari institusi/organisasi yang dipimpinnya.
b. Ia perlu mengenal tanggung jawab serta tugas yang dipercayakan kepadanya.
c. Ia harus memahami dan mengenal fungsi pengelolaan kerja (manajemen) – (Lukas 14:28-30).
d. Ia harus berupaya mengenal setiap orang yang dipimpinnya untuk
mempermudah penggalangan serta pembinaan hubungan antara
pemimpin-bawahan, sebagai dasar untuk melaksanakan kinerja kepemimpinan
yang berkualitas. Kondisi hubungan baik antara pemimpin dengan para
bawahan sangat menentukan pelaksanaan kerja yang dapat dilakukan dengan
baik pula.
e. Ia harus mengerti dengan baik bagaimana caranya mencipta hubungan,
kondisi yang kondusif, serta pemenuhan kebutuhan dari bawahannya dalam
upaya memperlancar uapaya dan kinerja kepemimpinan.
C. Dasar Etika-Moral Kepemimpinan Kristen
Kepemimpinan Kristen memiliki dasar etika-moral yang Alkitabiah.
Dalam kepemimpinan Kristen, presuposisi dasar etika-moral dilandaskan
atas fakta dan dinamika “inkarnasi” Yesus Kristus (Yohanes 1:1-14, 18;
Filipi 2:1-11). Konsep inkarnasi dalam kepemimpinan Kristen yang
dibangun di atas fakta “inkarnasi Yesus Kristus” yang memiliki kisi
kebenaran berikut:
1. Dasar perilaku etika-moral kepemimpinan Kristen adalah pribadi Yesus
Kristus, termasuk: kehidupan, karya, ajaran dan perilaku-Nya, di mana
seluruh kerangka kepemimpinan Kristen dibangun di atas dasar ini (I
Yohanes 2:6).
2. Orientasi dan pendekatan etika-moral kepemimpinan Kristen bersifat
partisipatif yang berlaku dalam penerapan kepemimpinan Kristen pada
segala bidang hidup (Lukas 4:18-19).
3. Dinamika etika-moral kepemimpinan Kristen terwujud oleh adanya
transformasi hidup (individu/masyarakat) yang dibuktikan dengan
pertobatan/pembaharuan/pemulihan hidup dan semangat kerja
(individu/korporasi; banding: Roma 12:1-2, 8, 9-21).
4. Perwujudan dasar etik-moral kepemimpinan Kristen di atas haruslah
dinyatakan dalam sikap hati, kata dan perbuatan serta bakti setiap
pemimpin Kristen secara nyata dalam bidang hidup berikut:
a. Pemimpin Kristen harus membuktikan diri sebagai pemimpin bertanggung jawab (Ibrani 13:17).
b. Pemimpin Kristen harus menemukan diri sebagai pemimpin yang bertumbuh (Kolose 2:6-7; 3:5-17).
c. Pemimpin Kristen harus menjadi pemimpin model dalam keteladanan hidup dan kinerja (Ibrani 13:7-8).
d. Pemimpin Kristen harus memiliki: motivasi dasar Pelayan-Hamba (Markus
10:42-45), yang senantiasa menyadari akan status dan perannya sebagai
pemimpin.
Motivasi dasar seseorang pemimpin seperti ini akan sangat menentukan
sikap, perilaku, kata ddan tindakan dari orang tersebut, baik terhadap
diri, orang lain maupun pekerjaan. Karena itu, seorang pemimpin Kristen
perlu memastikan apakah ia memiliki dasar etika-moral, orientasi dan
motivasi yang sesuai dengan Firman Allah.
RANGKUMAN
Peerlu dipertegas, bahwa pada dasarnya kepemimpinan Kristen memiliki
faktor-faktor dan matra-matra dasar kepemimpinan yang sama dengan
kepemimpinan umum lainnya. Pada sisi lain kenyataan yang membedakan
antara Kepemimpinan Kristen dan kepemimpinan lainnya ialah hakikat,
dinamika, serta falsafah yang didasarkan pada Alkitab. Sebagai contoh,
premis utama kepemimpinan Kristen ialah bahwa Allah yang berdaulat oleh
kehendak-Nya yang kekal, telah menetapkan serta memilih setiap pemimpin
Kristen kepada pelayanan memimpin. J. Robert Clinton mengatakan, “Allah
memilih bagi dirinya seorang pemimpin, dan Allah mengembangkan pemimpin
tersebut sepanjang kehidupannya.” Itulah sebabnya tatkala mendefinisikan
tentang siapa pemimpin Kristen itu, Clinton menjelaskan:
“Pemimpin Kristen adalah seseorang yang telah dipanggil Allah sebagai PEMIMPIN yang ditandai oleh:
1. Kapasitas memimpin dan
2. Tanggung jawab pemberian Allah
UNTUK
3. Memimpin suatu kelompok umat Allah (Gereja)
4. Mencapai TUJUANNYA (bagi serta) melalui kelompok ini”
Premis utama ini menyinggung hakikat kepemimpinan Kristen – bahwa
Allah adalah segala-galanya bagi kepemimpinan Kristen, dimana Ia-lah
yang mengawali, menopang, dan menghasilkan dalam seluruh proses
kepemimpinan. Hal ini senada dengan pernyataan David Hocking yang
mengatakan, “Tanpa bantuan Allah, tidak seorang pun di antara kita dapat
mengharap menjadi apa yang Allah gambarkan sebagai seorang pemimpin
rohani.” Melihat premis di atas, dapat dikatakan bahwa kepemimpinan
Kristen adalah “God Centered Leadership” dengan pemimpin sebagai God
centered leader – di mana Allah adalah segala-galanya bagi pemimpin dan
kepemimpinan itu.
Indikator penting bahwa seseorang dipanggil Allah kepada tugas
kepemimpinan ialah bahwa ia memiliki kapasitas lengkap sebagai pemimpin,
dan ada tanggungjawab yang diuntukkan baginya guna menjalankan upaya
memimpin. Pada pihak lain kepemimpinan Kristen meletakkan kedudukan
pemimpin Kristen secara proposional, di mana “pemimpin Kristen adalah
pemimpin yang berkarakter tinggi, berpengetahuan komprehensif dan khas
lebih, serta berkecakapan sosial dan teknis yang andal. Pemimpin Kristen
seperti ini akan terbukti sebagai pemimpin dengan ciri-ciri
“efektivitas tinggi, efisiensi tinggi, dan hubungan sehat yang tinggi” –
sehingga dapat mewujudkan kinerja optimal dengan produk unggul dalam
kepemimpinan yang diembannya. Ciri-ciri di atas akan selalu terlihat
dengan adanya kisi-kisi berikut:
1. Pemimpin mengabdi dengan komitmen yang tinggi kepada Allah, kepada organisasi (gereja) dan kepada tugas (misi Allah).
2. Pemimpin memiliki dan mempertahankan nilai efektivitas tinggi yang
ditandai oleh sifat dan sikap pemimpin dengan gaya kepemimpinan berikut:
a. Ia adalah pemimpin teladan-bertanggung jawab.
b. Ia adalah pemimpin inspirator-komunikator.
c. Ia adalah pemimpin pemersatu-dengan kerja sama yang tinggi.
d. Ia adalah pemimpin pekerja-motivator ulung.
e. Ia adalah pemimpin berwibawa-otokrator bijak.
f. Ia adalah pemimpin strategos-terfokus yang selalu tepat arah dan pencapaian.
g. Ia adalah pemimpin peduli-terpadu yang memiliki kepedulian tinggi atas kesejahteraan semua pihak dalam kepemimpinannya.
Ciri khas pemimpin Kristen seperti inilah yang menempatkan
kepemimpinan Kristen sebagai unik, dengan hakikat, dinamika, serta
falsafah penuntunnya yang khas. Hal mana akan mewarnai “leader behavior,
leadership style, dan leadership performance” – yang membawa “summum
bonum” (kebaikan tertinggi) bagi diri (sebagai pemimpin), bawahan (orang
yang dipimpin), organisasi dan masyarakat (lingkungan) di mana
kepemimpinannya diaktualisasikan secara optimal.